Sisi Gelap Cukup Satu Kali

 Peradapan semakin maju, pemikiran manusia begitu pula, sebanding dengan nafsu manusia yang selalu teruapkan ketika masalah pekerjaan maupun hal pribadi terlalu panas diotak-atik. Pola ini selalu ada dan salau terealisasikan dengan kata "Rasanya butuh reflesing" atau "Gue harus cari udara". Nah kalau sudah membahas "refreshing" opsinya banyak terutama bagi kaum lelaki.

Dan ini yang gue alami, waktu malam hari jam 11.45pm itu jam inggris . Gue diajak keluar oleh semacam manusia bertangan dua dan berkaki dua, ternyata temen gue, Denny dkk. Gue sih say "ok", ternyata gue diajak dugem , dugem men, dugem beneran ,ketika sampai di tempat parkir, suara musik hip hop, menjamah tubuh gue, apalagi segala kaum hawa yang menyita kefokusan gue pada tukang parkir yang masih minta bayaran, (padahal baru parking). Kondisi seperti ini memaksa gue harus jaga tingkah laku, tujuan cuma refreshing dan paling banter cuma denger musik berdansa sendiri kayak yang di film-film. Sengaja dandanan gue casual (kaos,celana jens,sandal ) masuk dengan malu-malu, eh ternyata gue malah mancing perhatian kaum hawa setelah nabrak orang, Astagfirullah alhamdulillah, tapi tetep tujuan g boleh nyeleneh, walaupun bisa dibilang dapat bonus. Setelah kejadian memalukan itu gue menyendiri di pojok dan ditemani oleh sebotol ESTEA. Yang lain pada nikmatin aja suasanaya, kalo gue cuma menjadi pengamat, konsentrasinya dunia malam. Menganilsa semua kemungkinan yang akan dilakukan para feromoner ini. Mereka melakukan gerakan seolah seperti memberi makan monyet yang lapar lapar bringas, tapi gue gak pengaruh soalnya gue bukan monyet. Hal lain yang membuat gue bingung kenapa ada orang yang memakai headset di mana club ini  nyetel musiknya minta ampun, mending kalo orang ini diem, lah ini joget-joget. Banyak yang absurd, tapi paling absurd ini ni yang sebenarnya tidak gue pos. Ketika sendirian ada tetangga duduk lagi membicarakan sesuatu dengan feromoner, gue g sengaja mendengarkan percakapan itu, g sengaja beneran, gimana tidak kenceng ngomongya.
     A :  "Hi sendiri aja mas mau ditemeni "(feromoner)
     B :  "Boleh boleh, sini " (tetangga duduk gue)
Setelah basa basi ngalor ngidul, inti dari absur ini jatuh kepercakapan
    A : "Saya ini banci tulen, masnya jangan menghina y"
    B : "Sori ... gue g bermaksud demikian "
Kejadian itu memberikan kesimpulan yang pertama gue bersyukur gak disamperin tu "banci tulen" karena awalnya gue sendiri dan kedua baru sadar mana ada banci tulen, bukankah banci perawaan dari ketidaktulenan pria maupun wanita, g bisa bayangin kayak apa itu.    
  Setelah jam 4.00 WIB ini jam dugem,  gue diantar pulang ama temen gue Denny dia sih dapet tujuannya, kalau gue yah dapet sih dapet tapi diskon tujuan gue. Hal yang pasti gue lakukan adalah gak datang ketempat itu lagi.

0 komentar:

Posting Komentar